MENANGISLAH KARENA BIDADARI ITU TERLALU SEMPURNA UNTUKMU



MENANGISLAH KARENA BIDADARI ITU TERLALU SEMPURNA UNTUKMU
Karya Rifki Reza Rahmana

Pagi itu masih dingin,kota Padang yang semalaman diguyur hujan lebat sehingga masih terlihat sisa-sisa guyuran hujan yang membuat ranting-ranting pohon dan dedaunan disekitar Wismaku banyak yang berguguran karena begitu lebatnya hujan yang mengguyur Padang dan sekitarnya tadi malam sehingga efeknya juga dirasakan oleh rekan-rekan seperjuanganku yang ada diwisma ibarat sebuah rutinitas musiman ketika musim hujan sudah datang kamar mandi yang biasanya antri tiap pagi ketika musim panas tapi sangat kontras dengan yang terjadi ketika musim hujan hanya beberapa orang ikhwah yang tampak untuk sekedar memercikan air dikamar mandi karena sebagian mereka lebih memilih untuk beramah tamah dengan selimut diatas kasur karena sulitnya untuk bangkit karena suasana pagi yang cukup dingin seakan selimut begitu menggoda untuk tetap dalam cengkramannya,kulihat jam yang ada ditanganku sudah hampir jam 7 akupun bergegas untuk mengkemasi seluruh keperluan kuliah hari ini sengaja aku percepat kekampus karena ada janji denga Ustdz


Menangislah Karena Bidadari Itu Terlalu Sempurna Untukmu
Isran di Mesjid kampus pagi ini,sesampai dikampus kutegakkan shalat Tahiyatul mesjid disusul denga 4 rakaat shalat dhuha lalu kutadahkan tanganku ketas sembari berdoa,akupun menyambung ibadah paginya dengan membaca Al-Qur’an sembari menunggu Ustadz datang,selang beberapa menit kemudian seorang Ikhwah menghampiriku akupun menutup bacaan Qur’anku dan kemudian menyalami ikhwah yang menghampiriku
“Assalamualaikum akhi Rahman”sapa ikhwah kepadaku
“walaikumsalamwarahmatullahhiwabarakatu,apa kabar Akhi…? Jawabku sambil tak lupa bertanya
“Alhamdulillah ana baik,gimana dengan antum? Ana dengar kabar udah siap nikah ni…mata ikhwah menggerling menggoda kearahku.Akupun Cuma tersenyum dan tak berniat untuk menanggapi gurauanya
“akh disini ada bidadari”
“bidadari?”darahkupun berdesir mendengar ucapannya
“sini ana tunjukkan akhwatnya,,,beliau akhwat yang luar biasa,anak Psikologi serta ketua bidang kaderisasi akhwat dikampus ini,akhwat yang cerdas,aktivis,mengagumkan dan ibadah yang sudah tidak diragukan lagi serta akhlak yang begitu sempurna beliau adalah Mentor adik ana cocok untuk antum!ikhwah itu menjelaskan panjang lebar yang membuatku semakin penasaran.

Lalu tunjuknya mengarah kesosok seorang akhwat,tak lama sesosok yang dibilang bidadari itu muncul dengan jelas
“Subhanallah…”gumanku dalam hati,seakan darah ini semakin berdesir setelah memandangnya tapi cepat-cepat kupalingkan pandanganku dengan mencoba untuk menunduk dan mengalihkan pembicaraan
“udah dulu Akh ana ke Perpus dulu Assalamualaikum” belum sempat aku melangkah seorang Ikhwah memanggilku
“Akhi Rahman….ni ada titipan surat untuk antum dari Ustadz Isran”

Akupun membalikkan badanku kearah ikhwah yang memanggilku dan menerima surat yang dititipkan untukku oleh ustadz Isran.
“afwan Akhi…ustadz tadi pesan beliau ndak bisa nemui antum sekarang karena beliau ngantar istrinya yang sedang sakit,,,oh ya nanti setelah antum baca isi surat tu Taffadol hubungai ustadz Isran langsung”
“hmmm…Ya akh Syukron suratnya,,,afwan ngerepotin antum Assalmualaikum”
“Afwan Akh…Walaikumsalam”
Akupun melangkahkan kakiku menuju keperpustakaan sembari memasukkan surat yang dititipkan Ustadz kedalam tasku,sesampai dipustaka tepatnya dilantai empat akupun mencari tempat yang agak sepi agar aku lebih leluasa untuk membaca biodata Akhwat yang diberikan ustadz untukku,”Bismilla hirrahma nirrohim” kumantapkan hati untuk membaca huruf demi huruf yang ada dalam biodata tersebut “akhwat luar biasa”gumamku dalam hati,usianya hampir sebaya denganku nampaknya Ibu dan Ayah pasti senang melihanya,dengan hati yang berbunga-bunga ku ambil selembar foto yang ada didalam Amplop,tapi ketika Foto itu baru akan keluar tiba-tiba Akhwat yang dikatakan bidadari oleh Ikhwah tadi lewat persis disampingku dengan gugup langsung kumasukkan kembali foto beserta biodata akhwat dari ustadz kedalam amplop dan langsung bergegas menuju lantai bawah perpustakaan karena takutnya aku tidak sanggup menahan pandangan kepada akhwat tersebut.

Setelah selesai kuliah jam ke tiga tepatnya pada pukul 12:10 akupun bergegas menuju Mesjid kampus untuk bersiap menunaikan Shalat Dzuhur,selesai shalat akupun langsung bergegas menuju wisma ku yang tidak begitu jauh dari kampus tempatku kuliah sesampai diwisma dengan bergegas ku kunci pintu kamarku dan langsung mengambil foto Akhwat dari dalam amplop,akupun terkejut bukan main ketika melihat foto akhwat tersebut ternyata akhwat yang dibilang bidadari oleh ikhwah tadi yang ditawarkan Ustadz kepadaku dengan tetesan air mata akupun langsung sujud syukur

Ya Allah engkau yang maha mendengar dan maha mengetahui
Apabila dia benar seseorang yang kau pilihkan untukku
Seseorang yang akan menjadi ibu bagi anak-anakku
Seorang yang akan menjadi teman didalam setiap perjuanganku
Maka jadikan lah dia sebagai penyemangat dan pengingat bagiku dalam perjuangan
Dakwah ini,jangan sampai dia menjadi penghalang bagiku untuk memperjuangkan
Dakwah ini Ya Allah,Ya Allah lancarkanlah segala urusanku dalam menempuh proses
Selanjutnya Ya Allah……Amin

Taaruf yang kujalani dengan Ukhti Dina nama akhwat yang disodorkan Ustdz Isran kepadaku sangat wajar dan baik-baik saja,aku didampingi oleh Ustadz Isran sedangkan Ukhti Dina didampingi istri beliau,komunikasi berjalan dengan baik,penyatuan persepsi lancar,pengungkapan kondisi keluarga dan latar belakangnya juga lancar,akupun merasa deg-degkan dan was-was ikhtiar ini gagal ketika orang tua Dina mengujinya.
“Abi sudah mendengar kebaikan akhlak dan aktivitasmu dikampus,sekarang Abi ingin dengar bacaan Qur’an mu,Abi tidak ingin menyerahkan putrid Abi kepada orang yang tidak bagus bacaan Qur’annya”
“Itulah Ujiannya,Alhamdulilah lancar meskipun masih banyak catatan-catatan yang dipesankan orang tua dina kepada ku” sekarang aku hanya menunggu hari proses pengkitbahan yang akan melibatkan keluargaku.

2 minggu kemudian
Hingga tibalah waktu yang dinanti. Hari ini seharusnya aku dan keluargaku datang untuk mengkhitbah Dina. Hari ini seharusnya rombongan berangkat dengan wajah berseri. Namun, Allah membuat rencana yang sangat berbeda. Aku yang semalam penuh diliputi senyum simpul, kini banyak menunduk dan beristighfar.Sungguh siapa sangka, lamaran kali ini gagal. Dina, sang aktivis dakwah yang telah menjual diri dan jiwanya untuk berjihad fii sabiilillah, pulang ke rumah orang tuanya, bukan untuk dilamar, melainkan untuk dimakamkan.

Motor yang dikendarainya sehabis pulang dari Ta’zia kerumah salah satu akhwat seperjuangannya dikampus yang ayahnya meninggal dunia,menabrak trotoar jalan sehingga sangat sulit dikendalikan dan iapun terpental jauh ke aspal dan langsung dilindas sebuah mobil pick up.Akupun tercenung menatap tanah merah basah di pekuburan itu. Di dalamnya bersemayam jasad sang mujahidah. Bidadari yang hendak aku sunting. Semilir angin menghembuskan wangi kesturi, wangi para syuhada.Dalam desah akupun bergumam,
“Kau ternyata wanita agung. Kau lebih mulia daripada bidadari. Akupun tak diizinkan Allah untuk sekedar mengkhitbahmu, apalagi memilikimu. Maafkan aku, yang dulu terlambat untuk mengenal dan meminangmu” akupun hanya tertunduk dalam. “Subhanallah… aku tak mengira bahwa kau adalah bidadari yang diturunkan Allah untukku. Allah menurunkanmu bukan untuk kumiliki, tetapi untuk menegurku dari segala kesombongan.

Padang 27 Aril 2013



Komentar