Kenali Sinusitis dan Gejalanya Sebelum Terlambat

Memasuki musim hujan atau pancaroba seperti sekarang ini, pasti obat flu laris manis di apotek. Ya, pilek memang penyakit orang kebanyakan. Saking pasarannya, kita jadi suka menganggap enteng, padahal harus curiga kalau pilek tak sembuh sampai berminggu-minggu. 


Paling sering, sinusitis terjadi akibat adanya infeksi, baik infeksi virus maupun bakteri. Sinusitis juga dapat diakibatkan alergi pada hidung, misalnya karena debu, udara dingin, serbuk sari bunga atau bau-bauan tertentu. 



“Bila hidung berhadapan dengan alergen (zat asing yang keberadaannya dapat menimbulkan alergi), maka akan muncul gejala bersin-bersin dan muncul lendir yang membuat hidung tersumbat,” ujar dr Alfian F Hafil SpTHT spesialis Telinga Hidung dan Tenggorokan (THT).



Gejala sinusitis ada bermacam-macam, mulai dari yang ringan hingga berat. Biasanya, penderita sinus merasakan nyeri di bagian sinusitis menyerang. Jika yang terkena sinus maksilaris, maka daerah pipi akan terasa nyeri dan tampak kemerahan. Lain lagi bila yang terkena sinus frontalis, maka nyeri biasanya dirasakan di dahi. Begitu pula dengan sinus lainnya, rasa nyeri akan terasa di daerah tempat sinus berada.



Tapi, hati-hati juga dengan terjadinya salah diagnosa. Pasalnya, gejala sinusitis dengan gejala infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), banyak miripnya. Apalagi, sinusitis juga sering diawali dengan ISPA. Supaya tak sampai tertukar, dokter biasanya melakukan pemeriksaan radiologi. Misalnya melalui foto sinus paranatal untuk melihat kondisi rongga-rongga sinus. Jadi bisa ketahuan, apakah itu sinusitis atau sekadar pilek biasa.
Sinusitis adalah peradangan yang terjadi pada rongga sinus. Sinusitis banyak ditemukan pada penderita hay fever yang mana pada penderita ini terjadi pilek menahun akibat dari alergi terhadap debu dan sari bunga. 



Sinusitis juga dapat disebabkan oleh bahan bahan iritan seperti bahan kimia yang terdapat pada semprotan hidung serta bahan-bahan kimia lainnya yang masuk melalui hidung. Jangan dilupakan kalau sinusitis juga bisa disebabkan infeksi virus atau bakteri. 



Menurut Alfian, sinus atau sering pula disebut dengan sinus paranasalis adalah rongga udara yang terdapat pada bagian padat dari tulang tenggkorak di sekitar wajah, yang berfungsi untuk memperingan tulang tengkorak. Rongga ini berjumlah empat pasang kiri dan kanan. 



Sementara ditambahkannya, sinus frontalis terletak di bagian dahi, sedangkan sinus maksilaris terletak di belakang pipi. Sedangkan, sinus sphenoid dan sinus ethmoid terletak agak lebih dalam di belakang rongga mata dan di belakang sinus maksilaris. Dinding sinus terutama dibentuk oleh sel sel penghasil cairan mukus. 



“Udara masuk ke dalam sinus melalui sebuah lubang kecil yang menghubungkan antara rongga sinus dengan rongga hidung yang disebut dengan ostia. Jika oleh karena suatu sebab lubang ini buntu maka udara tidak akan bisa keluar masuk dan cairan mukus yang diproduksi di dalam sinus tidak akan bisa dikeluarkan,” ujarnya.



Lantas apa yang menyebabkan sinusitis? Alfian, menjelaskan, sinusitis dapat terjadi bila terdapat gangguan pengaliran udara dari dan ke rongga sinus serta adanya gangguan pengeluaran cairan mukus. Adanya demam, flu, alergi dan bahan bahan iritan dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan pada ostia sehingga lubang drainase ini menjadi buntu dan mengganggu aliran udara sinus serta pengeluaran cairan mukus. 



“Penyebab lain dari buntunya ostia adalah tumor dan trauma. Drainase cairan mukus keluar dari rongga sinus juga bisa terhambat oleh pengentalan cairan mukus itu sendiri,” ujarnya. 



Pengentalan ini terjadi akibat pemberiaan obat antihistamin, penyakit fibro kistik dan lain lain. Sel penghasil mukus memiliki rambut halus (silia) yang selalu bergerak untuk mendorong cairan mukus keluar dari rongga sinus. 



Asap rokok merupakan biang kerok dari rusaknya rambut halus ini sehingga pengeluaran cairan mukus menjadi terganggu. Cairan mukus yang terakumulasi di rongga sinus dalam jangka waktu yang lama merupakan tempat yang nyaman bagi hidupnya bakteri, virus dan jamur.



Sinusitis dapat dibagi menjadi dua tipe besar yaitu berdasarkan lamanya penyakit (akut, subakut, khronis) dan berdasarkan jenis peradangan yang terjadi (infeksi dan non infeksi). “Disebut sinusitis akut bila lamanya penyakit kurang dari 30 hari. Sinusitis subakut bila lamanya penyakit antara 1 bulan sampai 3 bulan, sedangkan sinusitis khronis bila penyakit diderita lebih dari 3 bulan,” terangnya.



Sementara sinusitis infeksi biasanya disebabkan oleh virus walau pada beberapa kasus ada pula yang disebabkan oleh bakteri. “Sinus jenis ini disebabkan oleh karena alergi dan iritasi bahan bahan kimia. Sinusitis subakut dan khronis sering merupakan lanjutan dari sinusitis akut yang tidak mendapatkan pengobatan adekuat,” imbuhnya. (m8, ins)




Sumber: Surabaya Post, Sabtu, 20 Nopember 2010

Komentar